My HTML

http://www.google.com/
Tab 1.2
Tab 1.3
Tab 2.1
Tab 2.2
Tab 2.3
Tab 3.1
Tab 3.2
Tab 3.3

Minggu, 27 Juni 2010

masalah air

Air-Problem Seluas Dunia

Dwi Yuliansari Nurazizah 3B/07301038

Teknik Elektronika

Politeknik Negeri Bandung

Jalan Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468-BDCD Bandung

Telp. 022-2013789 Fax. 022-2013889

dwiyuliansari@ymail.com


Abstrak – Banyak jenis industri yang mengambil tempat di tepian/sekitar sungaikarena semua industri membutuhkan air. Jenis industri yang paling menguras banyak air tawar di bumi yaitu industri pertanian. Jadi, industri, pertanian, dan perkotaan selalu membutuhkan air. Dan, banyak dari permintaan mereka sudah terpenuhi, untuk saat ini, dengan mengambil air dari cadangan planet ini—air bawah tanah. Akuifer merupakan salah satu deposit utama air tawar. Namun, air itu bukannya tidak akan pernah habis. Deposit air seperti ini bagaikan uang di bank.

Pengurasan persediaan air bawah tanah diperburuk dengan adanya kontaminasi. Pupuk pertanian, limbah manusia dan binatang, serta bahan kimia industri meresap ke air bawah tanah.

Krisis air sangat erat kaitannya dengan krisis perubahan iklim, krisis enerji, krisis pangan, pertumbuhan penduduk, dan krisis finansial global, demikian laporan PBB itu. Bila masyarakat dunia tidak melakukan tindakan signifikan, maka krisis itu semakin multi dimensi sampai kepada krisis politik.

Untuk mencegah, atau setidaknya mengurangi, kemungkinan terjadinya bencana air dunia, diperkirakan diperlukan investasi yang luar biasa besar untuk perbaikan pengelolaan air, pengelolaan sanitasi dan untuk irigasi.

I. Perjalanan Sebuah Molekul Air

Gambar 1. Siklus Air

Jika hari hujan maka air akan turun ke permukaan bumi. Air ini sebahagian akan mengalir ke permukaan bumi menuju ke daerah yang lebih rendah dan bermuara di laut atau di danau. Sebahagian lagi akan terserap oleh bumi dan “mengalir” di dalam tanah atau tersimpan di dalam tanah sebagai air tanah.

Air yang telah sampai di laut ataupun di danau jika dikenai oleh sinar matahari akan menguap dan bergabung membentuk awan. Oleh karena adanya perbedaan tekanan dan temperatur di atas permukaan bumi maka terjadilah perpindahan udara atau pergerakan udara yang kita sebut angin.

Angin ini akan membawa gumpalan-gumpalan awan ke daerah yang lebih rendah temperatur tekanannya. Jika awan yang dibawa oleh angin ini melalui daerah pegunungan, maka gerakannya akan terhalang dan didorong untuk naik lebih tinggi lagi. Karena temperatur akan semakin rendah apabila semakin tinggi dari permukaan laut, maka awan yang mengandung uap air tadi mencapai titik embunnya dan terbentuklah butiran-butiran air yang kemudian jatuh kembali ke bumi sebagai air hujan.

Air hujan ini akan mengalir lagi di permukaan bumi, ke daerah yang lebih rendah, dan sebahagian diserap oleh bumi. Kemudian terus ke laut atau ke danau dan apabila kena sinar matahari akan menguap ke udara dan membentuk awan. Awan akan berkumpul dan kemudian dibawa oleh angin dan mengembun dan berubah menjadi hujan. Begitulah seterusnya siklus dari air yang berulang secara bergantian.[1]

II. Permintaan Air yang Kian Meningkat

Jika kita tinggal di negara industri maju, kita bisa melihat bahwa banyak pabrik pasti terletak di sekitar sungai-sungai penting. Alasannya sederhana, industri membutuhkan air untuk menghasilkan barang, apa saja, dari komputer hingga penjepit kertas. Pengolahan makanan juga menggunakan air dalam jumlah yang mencengangkan. Pembangkit listrik selalu membutuhkan air, dan terletak di tepi danau atau sungai.

Jadi, industri, pertanian, dan perkotaan selalu membutuhkan air. Dan, banyak dari permintaan mereka sudah terpenuhi, untuk saat ini, dengan mengambil air dari cadangan planet ini—air bawah tanah. Akuifer merupakan salah satu deposit utama air tawar. Namun, air itu bukannya tidak akan pernah habis. Deposit air seperti ini bagaikan uang di bank. Kita tidak bisa terus mengambilnya jika simpanan kita tinggal sedikit. Cepat atau lambat, itu akan habis.[2]

III. Penggunaan dan Penyalahgunaan Air Bawah Tanah

Air bawah tanah adalah persediaan air yang kita peroleh dari sumur. Laporan Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa berjudul Groundwater: The Invisible and Endangered Resource mengkalkulasi bahwa setengah dari air yang digunakan untuk keperluan rumah tangga dan untuk irigasi berasal dari sumber ini. Karena air bawah tanah biasanya lebih sedikit terkena polusi daripada air permukaan, air itu digunakan untuk minum, baik di kota maupun di desa. Jika diambil secara tidak berlebihan, persediaan air bawah tanah akan tetap konstan, karena secara teratur diperbarui oleh hujan yang perlahan-lahan meresap ke reservoir bawah tanah ini. Namun, selama puluhan tahun, manusia telah menyedot lebih banyak air daripada yang dapat diperbarui oleh siklus air alami.

Hasilnya, level air bawah tanah semakin menjauh dari permukaan, dan penggaliannya menjadi lebih mahal atau tidak praktis. Sewaktu sumur menjadi kering, akibatnya adalah bencana terhadap ekonomi dan manusia. Di India, tragedi semacam ini sudah mulai terjadi. Karena makanan bagi miliaran orang yang tinggal di dataran tengah Cina dan India bergantung pada air bawah tanah, prospeknya cukup memprihatinkan.

Gambar 2. Presentasi Air Dunia

Yang paling ironis adalah bahwa air yang dipompa ke luar dari akuifer bawah tanah malah akhirnya merusak tanah yang semestinya diairi. Sekarang, banyak tanah irigasi di negeri-negeri kering atau semikering di dunia menderita salinisasi. Di India dan Amerika Serikat dua negara penghasil makanan terbesar dunia 25 persen tanah irigasinya telah menjadi sangat rusak.

Gambar 3. Presentasi Pengguna Air

Hampir semua proses industri mengkonsumsi sejumlah besar air.

§ Pemroduksian satu ton baja dapat mengkonsumsi 280 ton air.

§ Memproduksi 1 kilogram kertas dapat membutuhkan air sebanyak 700 kilogram (jika pabrik tidak mendaur ulang airnya).

§ Untuk membuat sebuah mobil, pabrik menggunakan air sebanyak 50 kali berat mobil itu.

§ Pertanian juga membutuhkan banyak air, khususnya jika ternak dibiakkan di kawasan semikering bumi ini.

§ Untuk menghasilkan 1 kilogram steik daging sapi Kalifornia, dibutuhkan 20.500 liter air.

§ Memproses satu ayam beku saja membutuhkan sedikitnya 26 liter air.[2]

IV. Krisis Air

Krisis air sangat erat kaitannya dengan krisis perubahan iklim, krisis energi, krisis pangan, pertumbuhan penduduk, dan krisis finansial global, demikian laporan PBB itu. Bila masyarakat dunia tidak melakukan tindakan signifikan, maka krisis itu semakin multi dimensi sampai kepada krisis politik. Bukan tidak mungkin pula, bahwa krisis itu bisa menjadi krisis teritorial antar negara. Sengketa perebutan air, adalah suatu ancaman yang bisa timbul, terutama bagi negara-negara yang memiliki badan air yang digunakan secara bersama, seperti di Afrika, Asia, Eropa, atau Amerika Latin.

Berdasarkan laporan PBB, pertumbuhan penduduk yang tinggi memberikan tekanan yang sangat besar pada sumber-sumber air, khususnya di negara-negara berkembang. Penduduk dunia bertambah hampir 80 juta orang setiap tahun, dan 90 persen diataranya (sekitar 72 juta) berada di negara-negara berkembang. Kebutuhan air dunia bertambah sebanyak 64 milyar juta meter kubik pertahun. Jumal ini setara dengan kebutuhan seluruh negara Mesir selama setahun.

Selama 50 tahun terakhir, pemanfaatan air dari sungai, danau dan air tanah sudah 3 kali lipat, untuk memenuhi kebutuhan pertambahan penduduk. Secara rata-rata, 70 persen air tersebut dimanfaatkan untuk pertanian. Dinegara-negara berkembang kebutuhan air untuk pertanian bahkan bisa mencapai 90 persen.

Krisis air semakin diperparah oleh perubahan iklim. Dengan kecenderungan kerusakan yang demikian besar, maka kemungkinan terjadinya konflik air bisa terjadi secara luas. Ancaman konflik regional dan internasional karena krisis air bukanlah sekedar wacana, tapi hal itu benar-benar ancaman yang semakin nyata.

Untuk mencegah, atau setidaknya mengurangi, kemungkinan terjadinya bencana air dunia, diperkirakan diperlukan investasi yang luar biasa besar untuk perbaikan pengelolaan air, pengelolaan sanitasi dan untuk irigasi. Setiap tahun dibutuhkan kurang lebih 100 – 150 milliar US dollar investasi untuk mencegah krisis air yang parah di 2050. Jumlah ini bisa semakin besar bila upaya nyata untuk mengatasi krisis terlambat dilakukan. Komitmen luar biasa diperlukan untuk mencegah manusia menuju kehancuran di 2050.[3]

Berikut merupakan beberapa kasus krisis air di dunia:

§ Kontaminasi Di Polandia, hanya 5 persen dari air sungai yang layak minum, dan 75 persennya terlalu tercemar bahkan untuk industry.

§ Supply untuk kota Di Mexico City, metropolis terbesar kedua di dunia, permukaan air tanah, yang menyuplai 80 persen air untuk kota, terus tenggelam. Pemompaan melebihi pengisian kembali secara alami hingga lebih dari 50 persen. Beijing, ibu kota Cina, mengalami problem yang sama. Akuifernya menyusut lebih dari satu meter setiap tahun, dan sepertiga sumurnya telah mengering.

§ Irigasi Akuifer besar Ogallala di Amerika Serikat telah sangat terkuras sehingga tanah irigasi di barat laut Texas telah berkurang sampai sepertiganya akibat kekurangan air. Cina dan India, penghasil makanan terbesar kedua dan ketiga, sedang menghadapi krisis yang sama. Di negara bagian Tamil Nadu di India, irigasi telah menyebabkan permukaan air tanah tenggelam lebih dari 23 meter dalam sepuluh tahun.

§ Sungai-sungai yang lenyap Selama musim kering, sungai besar Gangga tidak bisa lagi mengalir sampai ke laut, karena semua airnya sudah dialirkan ke mana-mana. Keadaan ini juga terjadi pada Sungai Colorado di Amerika Utara.[2]

Adapun kenyataan yang mengejutkan tentang laporan tahunan SIWI, konferensi Pekan Air Sedunia yang diadakan mulai dari 16-20 Agustus 2004:

* Selama beberapa dekade, bertambahnya produksi makanan telah melebihi pertumbuhan penduduk, Sekarang, sebagian besar dunia dengan mudah menghabiskan air untuk meningkatkan produksi.

* Makanan dari daging memerlukan kurang lebih 10.000-15.000 kg air untuk setiap kilogram produksi daging. (jumlah ini mencapai efisiensi kurang dari 0.01%, jika proses industri berjalan pada batas efisiensi ini, ia dengan cepat akan tersingkir!)

* Makanan berbiji memerlukan 400-3000 kg air untuk setiap kg dari hasil produksi (artinya, 5% daripada air yang diperlukan untuk daging).

* Di atas 90% dari semua air yang terolah digunakan untuk mengembangkan makanan.

* Negara-negara seperti Australia, dimana air itu sudah sulit didapat, kenyataannya mengekspor air dalam bentuk daging.

* Di negara-negara berkembang, pemakan-daging mengunakan sumber yang setara dengan 5000 liter (1.100 galon) air setiap hari dibandingkan dengan 1000-2000 liter(200-400 gallon) digunakan oleh orang yang bervegetarian.(Laporan dalam the Guardian 8/23/2004). [5]

V. Pelestarian Air

Berbagai cara ditempuh untuk menghadapi krisis air, di antaranya dengan menggali air tanah dalam, tetapi air itu harus ditampung kembali agar suplainya berkelanjutan. Nyatanya eksploitasi air tanah dalam yang berlebih telah mengancam keberlanjutannya dan keselamatan warga di perkotaan. Di Jakarta, misalnya, penyedotan air tanah dalam tanpa upaya pengisian kembali telah menyebabkan intrusi air laut hingga beberapa kilometer dari garis pantai.

Dampak negatif yang terjadi adalah amblesnya permukaan tanah dan korosi pada fondasi atau tiang panjang gedung-gedung tinggi. Ini harus diatasi dengan menerapkan aturan pembatasan penyedotan air tanah dalam dan membuat resapan buatan atau artificial recharge.

Beberapa upaya paling hemat yang dapat dilakukan di lingkungan sekitar untuk melestarikan air antara lain:

1. Jangan pernah membuang air dimana ada kemungkinan bagi air tersebut digunakan untuk hal lain, misalnya menyiram tanaman atau kebun, atau untuk mencuci.

2. Jangan membiarkan air mengalir ketika mencukur atau mencuci muka. Sikat gigi anda terlebih dahulu sambil menunggu air menjadi hangat, lalu cuci atau cukur setelah mengisi baskom dengan air.

3. Ketika mencuci piring, isilah satu baskom dengan air sabun, lalu segera bilas dengan air keran yang mengalir secara lambat.

Gambar 4. Upaya Pelestarian Air

VI. Kesimpulan

Banyak jenis industri yang mengambil tempat di tepian/sekitar sungaikarena semua industri membutuhkan air. Jenis industri yang paling menguras banyak air tawar di bumi yaitu industri pertanian. Jadi, industri, pertanian, dan perkotaan selalu membutuhkan air. Dan, banyak dari permintaan mereka sudah terpenuhi, untuk saat ini, dengan mengambil air dari cadangan planet ini—air bawah tanah. Akuifer merupakan salah satu deposit utama air tawar. Namun, air itu bukannya tidak akan pernah habis. Deposit air seperti ini bagaikan uang di bank.

Air bawah tanah adalah persediaan air yang kita peroleh dari sumur. Setengah dari air yang digunakan untuk keperluan rumah tangga dan untuk irigasi berasal dari sumber ini. Karena air bawah tanah biasanya lebih sedikit terkena polusi daripada air permukaan, air itu digunakan untuk minum, baik di kota maupun di desa.

Pengurasan persediaan air bawah tanah diperburuk dengan adanya kontaminasi. Pupuk pertanian, limbah manusia dan binatang, serta bahan kimia industri meresap ke air bawah tanah.

Yang paling ironis adalah bahwa air yang dipompa ke luar dari akuifer bawah tanah malah akhirnya merusak tanah yang semestinya diairi. Untuk mencegah, atau setidaknya mengurangi, kemungkinan terjadinya bencana air dunia, diperkirakan diperlukan investasi yang luar biasa besar untuk perbaikan pengelolaan air, pengelolaan sanitasi dan untuk irigasi.

VII. Daftar Pustaka

[1]http://herrywidayat.wordpress.com/2009/01/09/115/ , diunduh 19 Mei 2010.

[2]http://iblogronnpgp-bahasa.blogspot.com/2010/03/airproblem-seluas-dunia.html , diunduh 19 Mei 2010.

[3]http://www.togarsilaban.com/2009/03/19/krisis-air-dunia-pada-2050/ , diunduh 19 Mei 2010.

[4]"http://wiki.fcu.org.tw/index.php/Medan08:Water_Resources_%28In%29", diunduh 2 Juni 2010.

[5]http://kontaktuhan.org/news/news154/mr1.htm, diunduh 2 Juni 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar